Bagaimana Hubungan Antara Risiko Perubahan Iklim, Kesehatan, dan Kebijakan?

Sridewanto Pinuji
9 min readJun 9, 2021

Sejak awal tahun 2020, perhatian dunia tersita pada Corona Virus yang kemudian menjadi pandemi. Wabah virus Corona tersebut terus-menerus menyebabkan tekanan pada sistem kesehatan yang ada saat ini. Bahkan, fenomena ini telah membuka kelemahan dalam sistem kesehatan.

Pertanyaan yang mengemuka adalah: bagaimana hubungan antara risiko perubahan iklim, risiko sektor kesehatan, dan kebijakan suatu negara?

Ancaman yang Tidak Boleh Dilupakan

Silakan baca juga: Inilah Risiko Bencana dan Krisis untuk Bisnis di Tahun 2021

Manakala banyak negara sedang sibuk memikirkan cara untuk memperkuat sistem kesehatan untuk menghadapi ancaman saat ini dan masa yang akan datang, satu ancaman lain tidak boleh dilupakan, yaitu ancaman perubahan iklim.

Kita tidak boleh melupakan ancaman perubahan iklim karena fenomena ini juga berdampak pada kesehatan manusia dan menyebabkan hambatan pada pelayanan kesehatan di berbagai tempat.

Risiko kesehatan yang berkaitan dengan perubahan iklim cukup banyak, mulai dari meningkatnya kemungkinan penyebaran penyakit yang disebarkan melalui vektor (pembawa), udara, dan air, sampai pada berkurangnya akses ke layanan kesehatan sebagai dampak dari bencana alam.

Contoh dari kondisi tersebut adalah polusi udara yang juga menjadi penyebab perubahan iklim. Polusi udara ini telah membunuh 4,2 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih banyak orang sakit atau lemah.

Lapisan Ozon di permukaan bumi adalah salah satu komponen penting dari polusi udara. Lapisan ini ternyata lebih merusak dan berdampak pada kesehatan manusia ketika suhunya tinggi.

Selain itu, fenomena yang terkait perubahan iklim seperti angin topan dan banjir juga dapat menghilangkan atau membatasi akses pada infrastruktur dan layanan kesehatan.

Kesulitan Memahami Risiko Spesifik

Sektor kesehatan manusia menjadi prioritas di 59% negara yang melakukan program adaptasi perubahan iklim dan menjadi komitmen mereka di bawah Paris Agreement. Kemudian hampir separuh dari negara-negara di dunia mengakui dampak negatif dari perubahan iklim.

Namun demikian, berbagai negara mengalami kesulitan untuk memahami risiko spesifik dari perubahan iklim pada kesehatan. Kesulitan juga terjadi untuk mengidentifikasi dan membiayai aksi-aksi adaptasi dalam bidang kesehatan yang lebih komprehensif.

Sebagai contoh hanya setengah persen dari anggaran multilateral dalam bidang iklim yang menargetkan proyek kesehatan. Kemudian pembiayaan domestik untuk isu ini juga sangat minimal atau bahkan tidak ada.

Kesulitan untuk memahami risiko spesifik, mengidentifikasi, dan membiayai aksi-aksi perubahan iklim ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut karena adanya kebutuhan untuk sistem kesehatan di masa depan yang lebih tangguh dan stabil.

Sebuah penelitian dari WRI menunjukkan bagaimana negara dapat mengintegrasikan risiko terkait kesehatan yang disebabkan oleh perubahan iklim ke dalam strategi iklim nasional dan kesehatan. Kemudian negara-negara tersebut dapat melakukan berbagai langkah lanjutan.

Melakukan hal itu sangatlah penting bukan hanya untuk mencegah dampak yang lebih buruk dari perubahan iklim, tetapi diperlukan untuk menjaga agar orang-orang tetap sehat dan negara sejahtera.

Bagaimana perubahan iklim berdampak pada kesehatan manusia

Sebelum lanjut baca, silakan baca juga: Cara Mengelola Risiko di Dunia Digital

Terdapat beberapa keterkaitan antara risiko kesehatan dengan perubahan iklim. Bahkan, di antara keterkaitan tersebut seringkali saling terkait antara satu dengan yang lain. Risiko umum yang sering dihadapi di antaranya:

Dampak perubahan iklim pada kesehatan manusia

Meningkatnya Risiko Penyebaran Penyakit karena Vektor dan Air

Perubahan iklim mendistribusikan ulang dan meningkatkan habitat yang optimal untuk nyamuk dan organisme lain yang membawa penyakit. Pada beberapa kasus, organisme ini membawa penyakit yang sangat menular ke dalam komunitas yang belum pernah mengalami sebelumnya.

Sebagai contoh, suhu yang lebih hangat menyebabkan nyamuk meningkat jangkauan perkembangbiakannya, sehingga menyebabkan malaria berpindah ke wilayah yang baru.

Sebuah penelitian mengungkapkan hal itu. Sebagai akibat dari perubahan iklim, maka telah menambah 51,3 juta orang yang berisiko terpapar malaria di bagian Barat Afrika pada tahun 2050.

Perubahan ini dapat memperhebat penderitaan, menambah hambatan untuk negara karena penyakit, dan menyebabkan epidemi.

WHO memperkirakan bahwa seperenam dari mereka yang sakit dan disabilitas menderita secara global disebabkan karena wabah yang disebarkan melalui media atau vektor. Selanjutnya vektor ini diperkirakan akan semakin menyebar luas karena perubahan iklim.

Dampak dari perubahan iklim, yaitu perubahan pada pola curah hujan, kualitas air, dan kelangkaan air juga dapat memicu penyakit yang lebih buruk lagi di sebuah negara.

Sebagai contoh, Ghana saat ini menghadapi meningkatnya prevalensi dari Kolera, Diare, Malaria, dan Meningitis. Penyebaran penyakit ini terjadi karena banjir yang mencemari dan meningkatkan persoalan sanitasi serta kualitas air. Wabah Kolera di Ghana memiliki tingkat kematian yang tinggi dan lebih sering terjadi pada musim hujan dan di daerah pesisir.

Meningkatnya Risiko pada Kehidupan dan Penghidupan

Peningkatan pada suhu dan kejadian yang ekstrim, seperti curah hujan yang sangat tinggi, semakin kuatnya topan, dan meningkatnya risiko tanah longsor dapat menyebabkan luka-luka fisik, kontaminasi air, berkurangnya produktivitas tenaga kerja, dan juga persoalan kejiwaan, seperti kegelisahan, depresi, dan stress pascatrauma.

Cuaca yang panas dan semakin intens-nya gelombang panas mengurangi kemampuan orang untuk bekerja dan tetap sehat. Sebuah lingkungan yang terlalu panas dan lembab tidak memungkinkan tubuh manusia untuk berkeringat dan dapat mengarah pada panas yang berlebihan hingga meninggal dunia.

Dampak negatif pada panenan dan kualitas pangan juga terjadi karena perubahan pada musim hujan dan risiko perubahan iklim yang perlahan terjadi. Contohnya adalah risiko intrusi air laut karena naiknya permukaan laut yang dapat menyebabkan dampak negatif pada panen serta kualitas pangan.

Krisis Pangan dan Kurangnya Nutrisi

Bangladesh memiliki delta sungai terbesar dibandingkan negara manapun di dunia, dan mengalami peningkatan salinitas yang telah menyebabkan dampak negatif pada hasil panen, perikanan, dan produksi ternak.

Bahkan bukti-bukti baru terjadi di tempat yang produksi pertaniannya mungkin dapat ditingkatkan karena perubahan iklim. Di tempat tersebut, memang peningkatan produksi dapat terjadi, tetapi nutrisi yang dikandung berkurang.

Ancaman pada ketahanan pangan pada gilirannya akan menyebabkan gangguan pada kesehatan sehari-hari, terutama gangguan pada anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang.

Peningkatan lain yang akan terjadi adalah pada angka migrasi dan konflik sosial. Hal ini terjadi karena perubahan iklim memperparah terjadinya degradasi lingkungan dan ketidakstabilan sumber daya alam, sehingga terjadi kompetisi dan peperangan.

Kemudian fenomena tersebut akan membuat orang terpapar pada tekanan fisik dan mental, yang memperparah isu kesehatan yang sudah ada saat ini.

Gabungan dari berbagai fenomena tersebut kemudian akan mengarah pada kondisi kehidupan yang lebih buruk, kemiskinan, dan mengurangi akses pada layanan kesehatan yang terjangkau.

Meningkatnya Risiko Kesenjangan Sosial

Dampak dari perubahan iklim terutama dirasakan oleh mereka yang paling rentan, termasuk orang yang hidup dalam kemiskinan, mereka yang terpinggirkan atau dipencilkan, termasuk wanita, anak-anak, lansia, dan mereka yang telah memiliki penyakit serta para penyandang disabilitas.

Tanpa dukungan yang memadai dan pembiayaan yang cukup, kelompok rentan akan terus menjadi yang paling menderita karena dampak dari perubahan iklim pada bidang kesehatan.

Meningkatnya frekuensi, intensitas, dan durasi dari cuaca yang ekstrim akan berdampak pada kapasitas ekonomi dan fisik orang-orang dan rumah tangga yang telah menderita karena persoalan kesehatan dan penyakit kronis lainnya.

Sebagai akibat dari sistem imun yang lemah, maka orang dengan penyakit kardiovaskuler, pernapasan, atau kondisi kesehatan bermasalah lainnya berada pada risiko yang tinggi untuk terluka atau makin sakit karena bencana alam dan risiko terkait iklim lainnya.

Lansia dan orang yang harus bekerja berat, termasuk para petani, berisiko terkena dampak dari meningkatnya gelombang panas yang memberikan tekanan pada jantung. Kondisi ini kemudian dapat mengarah pada gagal jantung dan dapat menyebabkan dehidrasi yang parah, sehingga kemudian akan merusak organ-organ penting, seperti ginjal.

Jika digabung dengan nutrisi yang tidak memadai, persoalan air, serta kondisi kurang menguntungkan lainnya maka hasilnya adalah semakin memburuknya kondisi kesehatan.

Situasi ini akan memperpanjang kemiskinan dari generasi ke generasi dan kerentanan yang sistemik. Akhirnya kondisi tersebut akan mengarah pada meningkatnya angka kematian dan morbiditas di skala yang lebih luas dan menjadi penghambat negara karena penyakit.

Apa saja Tantangan untuk Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim dan Rencana Kesehatan?

Barangkali Pilihan itu Bernama Adaptasi Perubahan Iklim akan menarik juga untuk Anda baca.

Beberapa tantangan teknis dan anggaran tetap terjadi ketika dilakukan upaya untuk menggabungkan risiko karena iklim ke dalam sistem kesehatan.

Banyak negara dan kelompok masyarakat kurang memiliki pemahaman yang kuat mengenai kaitan antara perubahan iklim dan kesehatan. Kemudian situasi semakin rumit jika kita melihat bahwa penyebab dan akibat perubahan iklim sulit diketahui, serta saat ini tidak memungkinkan untuk menunjukkan bukti-bukti dari fenomena tersebut.

Pada saat petugas kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat dapat melihat hubungan antara perubahan iklim dengan persoalan kesehatan, maka sebaliknya para pembuat kebijakan mungkin tidak akan mampu menyadari persoalan tersebut tanpa melalui pelatihan yang memadai. Perbedaan pengetahuan ini dapat mengarah pada terjadinya inkonsistensi kebijakan dan kurangnya aktivitas untuk melakukan adaptasi terutama dari sisi pembiayaan.

Sumberdaya yang Kurang untuk Adaptasi Perubahan Iklim dan Kesehatan

Banyak negara juga memiliki anggaran yang tidak memadai guna mendanai aktivitas yang berkaitan dengan adaptasi dan kesehatan.

Seperti sebuah studi kasus dari WRI di Ghana yang menunjukkan bahwa pembuat kebijakan ternyata mengalami keterbatasan sumber daya manusia dan keterampilan untuk mengidentifikasi dan menyusun tindakan yang cukup untuk beradaptasi pada perubahan iklim yang sensitif pada risiko kesehatan.

Hasilnya, sangat sulit untuk mendorong parlemen agar memberikan anggaran yang cukup untuk melakukan identifikasi, menyusun rencana tindakan, dan beradaptasi pada perubahan iklim. Perubahan yang sering terjadi dari sisi administrasi dapat juga menyebabkan kesulitan untuk memastikan alokasi dana yang konsisten pada sumber daya manusia untuk beradaptasi di sektor kesehatan.

Selanjutnya meskipun perubahan iklim menjadi prioritas dalam kebijakan nasional dan komitmen internasional, ternyata dukungan teknis dan pembiayaan untuk berbagai kemitraan dan dana multilateral untuk isu ini semakin berkurang, karena digunakan untuk aktivitas khusus guna mengatasi masalah kesehatan.

Dalam analisis global terhadap lebih dari 100 negara, PBB menemukan hanya 1 di antara 5 negara telah mengalokasikan anggaran yang cukup untuk melaksanakan komitmen untuk isu perubahan iklim dan kaitannya dengan sektor kesehatan.

Perbandingan jumlah negara yang berkomitmen dan tidak tersebut akan semakin meningkat pada tahun 2030 ketika kerugian dan kerusakan langsung pada sektor kesehatan diperkirakan mencapai 2 hingga 4 miliar dollar per tahun, bahkan tanpa mempertimbangkan dampak tidak langsung dari perubahan iklim dan risiko di sektor kesehatan.

Bagaimana Pemerintahan Negara di Dunia Beradaptasi untuk Melindungi Kesehatan Manusia Terhadap Dampak dari Perubahan Iklim?

Kita mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi, memahami, dan mengurangi risiko yang terkait iklim dan kesehatan. Namun demikian, kurangnya informasi tersebut seharusnya tidak menjadikan penghalang untuk mengambil tindakan atau menunda langkah adaptasi guna memperkuat sistem pelayanan kesehatan.

Beberapa pilihan tindakan yang bisa dilakukan di antaranya adalah melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya dampak buruk dari perubahan iklim. Langkah adaptasi tersebut di antaranya adalah membangun rantai pasok yang tangguh untuk pangan dan pasokan obat-obatan serta peralatan medis, memperkuat teknologi dan peralatan, meningkatkan pelatihan dari paramedik dan melakukan perlindungan terhadap layanan kesehatan dari berbagai gangguan.

Pemerintah dapat menerapkan kerangka kerja kebijakan dan mekanisme kerja sama untuk memberikan petunjuk yang tepat dan mendukung langkah-langkah adaptasi tersebut. Selanjutnya pada penggiat isu iklim dan kesehatan, baik di dalam maupun di luar sektor kesehatan dapat menggalang dukungan dan sumberdaya untuk mempengaruhi kebijakan dan melakukan tindakan.

Tulisan ini sudah akan berakhir, sebelum pergi mungkin Anda juga tertarik: Berhenti Menyalahkan dan Membuat Alasan, kata Robin Sharma

Pelajaran Adaptasi Perubahan Iklim dan Kesehatan dari Fiji

Fiji’s Travel Guide (Source: Expedia Channel)

Fiji, sebagai salah satu negara yang rentan pada perubahan iklim di dunia, memberikan teladan istimewa dalam meningkatkan solusi untuk persoalan iklim dan kesehatan. Negara itu membangun dan melaksanakan Rencana Aksi Perubahan Iklim dan Strategi dalam Sektor Kesehatan. Kemudian Fiji mengintegrasikan kedua hal itu ke dalam berbagai kebijakan dan rencana.

Aktivitas adaptasi perubahan iklim dan kesehatan di Fiji diharapkan akan meningkatkan kemampuan bangsa itu dalam menyediakan dan menggunakan informasi yang tersedia untuk melihat kaitan antara risiko perubahan iklim dan kesehatan. Hal ini dapat dilakukan melalui sistem peringatan dini, meningkatkan kapasitas institusi sektor kesehatan untuk merespon risiko, dan memberikan peluang kepada pemerintah untuk melakukan langkah-langkah antisipasi dan pencegahan terhadap penyakit di wilayah yang berisiko tinggi.

Fiji juga membangun Unit Perubahan Iklim dan Kesehatan dalam Kementerian Kesehatan dan mengalokasikan pendanaan domestik untuk meningkatkan aktivitas terkait iklim dan kesehatan, membangun sistem peringatan dini, dan meningkatkan kapasitas institusi kesehatan untuk merespon ancaman dari perubahan iklim.

Selanjutnya isu kesehatan dan perubahan iklim juga diupayakan agar tetap menjadi agenda politik. Hal ini tidak terlepas dari peran Sekretaris Menteri Kesehatan Fiji yang mendorong kolaborasi dengan kementerian lainnya.

Melindungi Kesehatan Generasi Saat Ini dan Masa Datang

Kaitan antara perubahan iklim dan kesehatan terus meningkat dari sisi kejelasan dan bukti-buktinya. Pembuat kebijakan dapat memanfaatkan momentum politis yang tercipta karena pandemi global untuk memperkuat kemampuan negara dalam merespon berbagai tekanan dan gangguan, termasuk tantangan terkait penyakit menular dan perubahan iklim.

Memperkuat kapasitas sistem kesehatan secara keseluruhan dan juga sumber daya akan meningkatkan kapasitas untuk beradaptasi, sehingga mampu mengatasi dampak dari perubahan iklim, serta meyakinkan bahwa generasi saat ini dan di masa datang tetap sehat.

Sumber Tulisan: PreventionWeb

====

Terima kasih sudah membaca tulisan ini, semoga bermanfaat ya.

Selanjutnya saya ingin menawarkan dua blog saya yang lain, yaitu:

Pelajaran untuk Pemimpin untuk Anda yang ingin belajar kepemimpinan, dan

Belajar Menulis Online bagi Anda yang ingin belajar menulis online.

Originally published at http://pinuji.net on June 9, 2021.

--

--