Cara Komunikasi Krisis dan Risiko Darurat dengan Instagram
Bagaimana cara melakukan komunikasi krisis dan risiko kedaruratan menggunakan Instagram?
Sebuah jurnal karya Aqdas Malik, Laeeq Khan, dan Annabelle Quan-Haase membahas mengenai penggunaan Instagram untuk menyampaikan komunikasi mengenai krisis dan risiko kedarurata di masa pandemi Covid-19.
Latar Belakang Penelitian
Silakan dibaca juga tulisan mengenai risiko berikut ini: Bagaimana Hubungan Risiko Iklim, Kesehatan, dan Kebijakan?
Latar belakang dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan media sosial oleh institusi pemerintah dan non pemerintah semakin meningkat. Media sosial sebagai alat strategis untuk menjangkau masyarakat luas.
Beberapa alasan penggunaan media sosial adalah penyebarannya yang dapat mencakup skala global, tepat waktu, dan juga berpeluang untuk melakukan dialog dua arah.
Akibatnya platform media sosial ini sangat ideal untuk melakukan pemantauan, termasuk persoalan kesehatan masyarakat dan mengkomunikasikan risiko kedaruratan atau krisis. Kegiatan tersebut contohnya adalah pada saat kita menghadapi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan kerangka kerja komunikasi krisis dan risiko kedaruratan, para peneliti mencoba untuk menilai bagaimana organisasi kesehatan menggunakan Instagram untuk mengkomunikasikan dan berhubungan dengan masyarakat pada saat pandemi Covid-19.
Metode Penelitian
Para peneliti secara manual mengumpulkan dan melihat Instagram Post beserta metadata terkait dari 4 organisasi kesehatan, yaitu WHO, CDC, IFRC, dan NHS. Postingan di Instagram tersebut dibagikan antara tanggal 1 Januari 2020 hingga 30 April 2020.
Selanjutnya mereka juga menggunakan bahasa pemrograman untuk menganalisis sampel dari 269 postingan yang terkait dengan Covid-19.
Basa pemrograman tersebut dilakukan dengan meninjau dari dimensi tema konten, sasaran gender dari tiap postingan, penggambaran tiap orang (person portrayal) dan juga tipe gambar yang disajikan.
Kemudian para peneliti juga menganalisis bagaimana engagement atau respon terhadap postingan tersebut yang diindikasikan atau diasosiasikan dengan dimensi dari kode yang digunakan oleh para peneliti.
Hasil Penelitian
Dari penelitian didapatkan bahwa CDC dan WHO merupakan dua organisasi yang paling aktif dibandingkan organisasi lain yang dinilai. Keaktifan ini dilihat dari jumlah pos, jangkauan, dan juga engagement atau interaksi dengan masyarakat.
Kebanyakan postingan yang disajikan mengenai upaya pencegahan dan mitigasi secara pribadi atau personal, menunjukkan rasa syukur dan juga ketangguhan. Kemudian interaksi atau engagement yang luar biasa tinggi berhasil diobservasi pada post yang menampilkan selebriti, klarifikasi, dan juga infografis.
Kesimpulan
Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa Instagram dapat menjadi suatu alat yang efektif untuk organisasi kesehatan dalam rangka menyampaikan pesan-pesan dan komunikasi krisis.
Hal tersebut berlaku terutama ketika selebriti terlibat, kemudian postingan yang berisi klarifikasi dan juga pemanfaatan infografis.
Selain itu, ada beberapa peluang untuk memperkuat peran dari organisasi kesehatan dalam melawan informasi yang keliru di media sosial dengan cara menyediakan informasi yang akurat.
Kemudian dari situ, masih dengan menggunakan media sosial, lembaga tersebut mampu mengarahkan masyarakat atau pengguna atau warganet ke sumber-sumber informasi yang lebih terpercaya.
Kemudian lembaga tersebut juga dapat bertindak sebagai institusi yang memberikan fakta-fakta untuk mengecek atau menguji dari informasi yang keliru.
Anda dapat mengakses penelitian selengkapnya di sini.
Daftar Pustaka:
Aqdas Malik, M. Laeeq Khan, Anabel Quan-Haase, ‘Public health agencies outreach through Instagram during the COVID-19 pandemic: Crisis and Emergency Risk Communication perspective’, International Journal of Disaster Risk Reduction, Volume 61, 2021
Originally published at http://pinuji.net on June 16, 2021.