Cara Membuat Tulisan Populer Bagi Para Peneliti

Sridewanto Pinuji
11 min readJan 7, 2022

--

Siapa yang Membaca Jurnal Ilmiah Karya para Peneliti?

Para peneliti telah bersusah payah dan menghabiskan banyak waktu untuk meneliti dan kemudian menerbitkan hasil penelitiannya di berbagai jurnal ilmiah.

Namun, muncul pertanyaan, siapa yang membaca jurnal ilmiah tersebut? Apakah masyarakat luas atau hanya dibaca oleh sesama peneliti saja?

Jika ternyata hanya dibaca oleh sesama peneliti saja, maka sungguh sayang sekali.

Penelitian yang sangat penting dan mungkin mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi orang banyak hanya menjadi satu lagi tambahan koleksi perpustakaan online yang tidak dibaca orang.

Dengan kata lain, penelitian tersebut tidak berdampak luas. Manfaat penelitian tersebut tidak dirasakan oleh orang banyak.

Lalu, bagaimana cara meningkatkan dampak penelitian dengan mengubah artikel jurnal menjadi tulisan populer?

Beruntung sekali di Medium saya menemukan artikel yang berjudul ‘How to write a blogpost from your journal article.’ Di sini saya akan mencoba menerjemahkan untukmu dengan sedikit perubahan dan penyesuaian. Bukan tulisan di blog, tetapi menjadi tulisan populer yang bisa kamu kirimkan ke berbagai media.

Alasan Peneliti tidak Menulis Tulisan Populer

Berikut ini beberapa alasan yang menyebabkan seorang peneliti tidak menuliskan karyanya dalam artikel populer, seperti di media atau di Blog pribadi.

  1. Para peneliti itu sibuk. Apalagi bagi mereka yang memiliki kewajiban selain meneliti, seperti kerja administrasi di universitas, mengajar, memiliki proyek lain, hingga melakukan pengabdian kepada masyarakat.
  2. Karena kesibukan itu, maka para peneliti tidak punya waktu untuk menulis artikel populer.
  3. Peneliti dibayar untuk melakukan penelitian dan menuliskan hasilnya dalam bentuk jurnal artikel atau karya akademik lain. Mereka tidak dibayar untuk menulis di Blog atau di media.
  4. Tulisan di blog atau di media tidak akan di-cite atau dikutip atau menjadi referensi peneliti lain. Sementara di lingkungan penelitian, maka hanya artikel yang menjadi rujukan yang akan diperhitungkan dalam angka kredit, menjadi nilai tambah profil di scopus atau google scholar, dan keren dimasukkan ke dalam daftar riwayat hidup atau curriculum vitae.

Kesalahpahaman Menulis untuk Tulisan Populer

Selain beberapa alasan yang sudah disebutkan, ternyata terjadi pula kesalahpahaman yang dialami oleh para peneliti, sehingga mereka enggan untuk menulis artikel populer dari hasil-hasil penelitiannya.

Kesalahpahaman tersebut di antaranya adalah:

Peneliti mengira akan membutuhkan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan untuk menghasilkan tulisan populer.

Padahal kenyataannya tidak begitu. Hanya dibutuhkan dua atau tiga jam untuk membuat artikel populer.

Peneliti menyangka bahwa waktu yang diperlukan untuk menulis tulisan populer akan menghabiskan waktu untuk melakukan penelitian.

Padahal kenyataannya tidak begitu. Tulisan kamu telah selesai ketika kamu mampu merampungkan dan menerbitkan di suatu jurnal ilmiah. Tugasmu hanya mengubahnya menjadi sedikit lebih mudah dibaca oleh orang banyak atau menjadi versi yang lebih populer dengan pesan-pesan utama yang diringkas menjadi sekitar 1.000 kata.

Peneliti mungkin berpikir bahwa menerbitkan tulisan populer membutuhkan waktu dan tenaga yang sama ketika menerbitkan jurnal ilmiah.

Ketika menerbitkan jurnal, para peneliti harus melalui berbagai prosedur dan menunggu berbulan-bulan hingga jurnal tersebut terbit. Namun, menerbitkan tulisan populer tidak seperti itu. Para peneliti hanya perlu membuat tulisan sepanjang 1.000 kata di Ms Word atau semacamnya.

Kemudian sertakan satu tabel atau gambar yang dipilih secara detail. Kemudian tulisan itu tinggal dikirimkan ke media dengan jutaan pembaca, seperti The Conversation, The Jakarta Post, Kompas, Detik, dan lainnya. Jika semua lancar, maka tulisan tersebut akan segera diterbitkan.

Namun, jika masih ada kesalahan, editor akan mengembalikan dengan beberapa catatan. Tugas peneliti adalah melakukan koreksi dan mengirimkan kembali ke editor.

Peneliti yang tidak ingin melalui proses itu juga bisa menerbitkan tulisan populernya di Blog pribadi.

Jika sudah memiliki Blog di WordPress misalnya, maka itu akan sangat bagus. Namun, jika belum, maka perlu sedikit waktu mempelajarinya. Sayangnya, memiliki blog pribadi mungkin akan menyulitkan dibaca dan diketahui oleh orang lain, apalagi jika blog tersebut masih baru.

Jika itu terjadi, maka saat ini ada beberapa layanan yang sudah memiliki pembaca. Peneliti bisa mencoba platform semacam Medium atau Kompasiana untuk menerbitkan tulisan populernya.

Peneliti mungkin ragu, karena tulisan di Media dan Blog tidak akan menjadi referensi.

Namun, jika tulisan populer tersebut tidak di-refer, maka bukanlah menjadi persoalan yang terlampau berat, karena tugasnya memang berbeda. Tulisan populer bertugas untuk memberikan informasi mengenai jurnal artikel yang sudah diterbitkan.

Tulisan populer tersebut diterbitkan di media yang akan dibaca dan mendapat perhatian dari lebih banyak orang ketimbang hanya tertimbun di antara tulisan-tulisan ilmiah lainnya.

Sebuah tulisan populer yang diterbitkan akan menjangku peneliti lain di luar disiplin seorang peneliti. Kemudian karena mudah diakses, maka tulisan tersebut akan menyebarluas dengan lebih baik, mungkin menjangkau sudut-sudut dunia, mungkin akan di-Retweet atau mendapatkan ‘Like’ dari banyak orang.

Apalagi ketika tulisan itu dilengkapi dengan meme atau infografik, maka jangan heran jika nanti menjadi viral. Dengan begitu, maka akan menarik akademisi atau peneliti lain dari berbagai penjuru, belahan dunia, dan dari disiplin keilmuan lain yang berbeda. Akhirnya, jika itu terjadi, maka akan menarik lebih banyak orang ke karya atau penelitian yang sudah dilakukan.

Sebuah tulisan artikel populer di media yang tepat akan membawa pesan lebih jauh di luar para peneliti itu sendiri.

Jika hal itu terjadi, maka akan menciptakan pengaruh atau dampak eksternal yang lebih luas.

Para pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait akan tertarik dengan penelitian yang dilakukan. Mereka yang berasal dari lembaga pemerintahan, lembaga usaha (swasta/bisnis), termasuk media pun akan melirik penelitian tersebut.

Sebuah bukti mengenai hal ini adalah ketika satu jurnal artikel dibaca dan diunduh 100 kali. Namun, tulisan populer mengenai isi dari jurnal tersebut di media yang dibaca banyak orang telah menarik 42.000 pembaca. Sebuah angka yang sangat jauh berbeda, bukan?

Peluang Bagi Peneliti di Dunia Digital

Di dunia digital, para peneliti dan akademisi memiliki peluang untuk menciptakan pesan-pesan mereka sendiri. Hal ini dapat dilakukan meskipun mereka memiliki keterbatasan pengetahuan dan agenda. Namun, para peneliti sudah bisa menyampaikan secara langsung dan jelas.

Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan membaca penelitian yang sudah dilakukan. Selanjutnya menyampaikan ulang secara singkat, jelas, dan mudah diakses.

Jika hal itu bisa dilakukan dengan baik, maka tulisan baru yang dihasilkan bisa disukai, di-retweet, dibaca, dan difavoritkan oleh orang-orang yang disasar di komunitas penelitian kita. Kemudian dari situ, maka akan dapat menjadi referensi.

Ketika para peneliti mampu mengomunikasikan hasil-hasil penelitiannya secara lebih mudah dipahami dan juga mudah diakses, maka tulisan tersebut bisa tersebar luas di luar dunia akademis. Dengan demikian, maka akan meningkatkan reputasi dari peneliti itu sendiri.

Jadi, setelah melihat berbagai uraian tersebut, pertanyaan yang bisa diajukan kepada para peneliti adalah: Setelah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk melakukan penelitian, proses melelahkan untuk menerbitkan di jurnal ilmiah, membacai komentar, menulis ulang dan akhirnya terbit, kenapa para peneliti tidak menghabiskan beberapa waktu jam tambahan untuk menyampaikan poin-poin penting dari tulisan di jurnal ke tulisan artikel populer yang lebih mudah dibaca dan diakses?

Cara Membuat Tulisan Populer — Jangan Takut Mencoba

Berikut ini sedikit panduan singkat bagaimana seorang peneliti dapat menulis versi populer dari artikel ilmiahnya.

Mari kita asumsikan jurnal artikel yang dimiliki panjangnya 8.000 kata. Maka, tugas peneliti adalah mengubahnya menjadi versi singkat sekitar 1.000 kata atau kurang secepat dan semudah mungkin.

Awali dengan menghilangkan bagian metodologi. Bagian ini hanya penting untuk peneliti, tetapi kebanyakan pembaca tidak peduli. Jika mereka tertarik, maka pembaca dapat membacanya di artikel ilmiahnya.

Atau peneliti bisa menuliskannya secara singkat sekali dengan cara menyampaikan inovasi dan beberapa istilah tertentu di dalam tulisan populernya di mendekati bagian akhir. Selain itu, bisa juga menyampaikan link ke artikel jurnal ilmiahnya.

Selanjutnya hilangkan bagian literatur review (revieu pustaka) yang terlalu panjang di bagian awal.

Di tulisan populer, tidak ada yang peduli mengenai kredensial atau reputasi akademik atau berapa skor di Google dan Scopus. Selain itu, hilangkan pula bagian diskusi hasil ketika seorang peneliti setuju atau tidak dengan hasil pekerjaan orang lain.

Hal itu sudah cukup jika disampaikan secara singkat di bagian awal atau sekitar dua baris di bagian akhir.

Tuliskan dalam bentuk cerita/narasi di bagian awal yang memberikan pesan-pesan penting.

Jelaskan kepada para pembaca secara singkat, jelas, dan sederhana apa temuan dari penelitian yang dilakukan. Diperlukan sesuatu yang sangat penting, kuat, dan jelas, tetapi hanya kurang dari 280 karakter.

Dengan cara itu, maka judul sebuah tulisan juga bisa menjadi sebuah kicauan (tweet).

Bila perlu, jangan hanya menggunakan satu judul, tetapi perlu mencoba 10 variasi judul untuk menemukan satu yang benar-benar berhasil. Namun, jika tulisan ilmiah-nya terlalu kompleks untuk disampaikan sebagai narasi di bagian awal tulisan, maka perlu dipastikan ada petunjuk tertentu di judul tulisan.

Diperlukan juga paragraf cuplikan atau ringkasan yang tidak lebih dari tiga hingga empat baris.

Isinya adalah kenapa tulisan populer tersebut menarik dan apa pesan-pesan utama yang akan disampaikan. Tugas para penulis adalah untuk menciptakan ketertarikan dan memberikan pembaca sebuah cerita yang sangat bagus sehingga mereka tertarik untuk membaca tulisan. Jangan lupa pula yakinkan, bahwa pembaca dapat memahami tulisan tersebut. Format semacam itu bisa dilihat di berbagai artikel di The Conversation, The Economist, dan lainnya.

Selanjutnya di bagian tubuh (body) dari artikel populer, maka para peneliti dapat menyampaikan temuan-temuan utama dan berbagai argumen yang mendukung.

Pada dasarnya, apa temuan dan simpulan dari penelitian yang dilakukan? Apa pesan utama yang ingin disampaikan? Sebuah tulisan populer perlu dibuat berbeda, tidak lagi terlalu formal, dengan diskusi yang berkepanjangan, dan pendapat yang harus selalu disertai berbagai bukti.

Struktur Tulisan Populer

Tulisan populer menyajikan berbagai fakta penting di bagian awal.

Hal ini berkebalikan dengan tulisan di jurnal yang menyampaikan poin-poin penting di bagian akhir. Selain itu, berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan:

Diawali dengan bagian yang paling berdampak dan kalau bisa dengan sesuatu yang memotivasi pembaca. Hal ini bisa dilakukan dengan menyampaikan fakta, sebuah paradoks yang bisa diselesaikan, ringkasan data statistic, atau kutipan yang menarik.

Kadang-kadang untuk tulisan populer sangat penting untuk mengaitkan dengan situasi dan perkembangan terkini.

Menjadi penting juga memberikan motivasi kepada pembaca, bahwa mereka akan memiliki perubahan dalam pengetahuan mereka terutama untuk hal-hal baru setelah membaca tulisan populer seorang peneliti.

Ketika perhatian pembaca sudah didapat, maka peneliti bisa menuliskan temuan-temuan penting, sekitar 3 hingga 4 baris. Yang perlu diingat adalah untuk mengawali tulisan dengan dampak-dampak atau temuan penting dan mencoba menyampaikan berlandaskan poin-poin penting.

Selanjutnya, berikan penjelasan di bagian awal dari tubuh tulisan temuan-temuan dan argumen dari versi tulisan jurnal.

Namun, perlu dihindari secara detail kecenderungan akademis yang biasa dilakukan, yaitu menyajikan materi yang kurang relevan dan kurang penting disajikan lebih dulu kemudian baru temuan yang paling penting. Sebaliknya, segera disampaikan apa yang menjadi temuan penting dari penelitian yang dilakukan secara jelas kepada pembaca. Hilangkan tulisan yang membahas hasil pertengahan atau model awal atau hal lain yang tidak terkait langsung dengan hasil.

Di tulisan populer, bagian terbaik disampaikan lebih awal dan bukan di akhir.

Cara menyampaikan pesan di tulisan populer pun sedikit berbeda. Peneliti atau penulis dapat memecah pesan itu menjadi beberapa kalimat. Mungkin juga tidak semua disampaikan, hanya tiga poin yang paling penting. Idealnya, poin ini menarik perhatian pembaca atau hasil penelitian yang paling luar biasa untuk meningkatkan pengetahuan pembaca.

Menampilkan Tabel dan Gambar

Jika memungkinkan, tambahankan setidaknya satu tabel atau grafik. Boleh juga dua atau tiga gambar. Namun, sebisa mungkin jangan lebih dari empat elemen dalam sebuah tulisan populer.

Berikan penjelasan pada tabel dan gambar secara jelas. Jangan lupa juga buatlah sesederhana mungkin apalagi jika informasi yang diberikan terlalu kompleks.

Sertakan catatan penjelasan pada tabel atau gambar yang memberikan informasi kenapa gambar itu diterbitkan dan tolonglah pembaca agar memahaminya. Perhatian juga perlu diberikan pada kejelasan gambar, misalnya judul, angka-angka, keteerangan lain pun terbaca dengan jelas.

Setelah menambahkan tabel dan gambar, lihat lagi sambil bertanya, apakah komponen-komponen tersebut benar-benar diperlukan?

Bisa jadi pembaca hanya perlu tahu bagian yang paling penting saja. Artinya tidak semua tabel perlu ditampilkan. Cukup, misalnya, di bagian hasil saja. Demikian juga untuk grafik, batasi pada bagian yang paling diperlukan terutama untuk membantu pembaca memahami tulisan kita. Jika ada bagian yang tidak sesuai dengan tujuan itu, maka perlu dihilangkan.

Mantra pengingat dan bermanfaat adalah: apa yang benar-benar perlu diketahui oleh pembaca?

Saat ini berbagai media dan blog memiliki fasilitas untuk menampilkan gambar-gambar berwarna. Karena itu, penulis perlu mengubah grafik dan gambar yang biasanya hitam putih di jurnal ilmiah menjadi penuh warna. Perhatikan pula format gambar yang diterima, misalnya dalam bentuk jpg atau png.

Hindari Asumsi Bahwa Pembaca Paham

Para peneliti sering memiliki asumsi bahwa pembaca memahami apa yang kita tuliskan.

Jangan berasumsi! Hindari asumsi bahwa pembaca paham apa maksud dari tulisan kita. Karena itu, jangan biarkan mereka terkatung-katung tanpa penjelasan.

Jika harus dan terpaksa sekali menggunakan jargon atau istilah yang tidak familiar, tetapi diperlukan di jurnal akademik, maka perlu digunakan seminimal mungkin. Kemudian berikan penjelasan pada berbagai istilah dan jargon tersebut ketika kita pertama kali menuliskannya.

Penulis juga sangat perlu memerhatikan singkatan dan rumus. Sebaiknya tidak hanya memberikan penjelasan sekali pada singkatan atau rumus yang digunakan berulang kali. Termasuk ketika kita telah berganti beberapa paragraf atau halaman, maka perlu diulang memberikan penjelasan pada singkatan dan rumus yang ditulis.

Paragraf, Sub-Judul, Kalimat, dan Rujukan

Tuliskan paragraf yang lebih pendek ketimbang di jurnal. Katakanlah paragraf dengan Panjang 150 kata. Namun, juga jangan terlalu pendek, misalnya satu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat. Sebab, mungkin pembaca merasa organisasi tulisan kurang bagus, meskipun mungkin cocok untuk tulisan di blog dan rilis pers.

Paragraf adalah kesatuan pemikiran. Karena itu, sampaikan setiap pemikiran di tiap paragraf. Selain itu, paragraf juga menunjukkan organisasi tulisan atau struktur tulisan sehingga lebih mudah dipahami. Namun, itu bisa terjadi jika paragraf diatur dengan baik.

Tulisan populer dengan panjang sekitar 1.000 kata juga hanya memerlukan sedikit sekali sub-judul. Mungkin hanya perlu satu hingga tiga sub-judul di dalam teks. Jika lebih dari itu, kurangi.

Kemudian setiap sub-judul terdiri dari beberapa paragraph. Sub-judul tidak bermakna jika hanya terdiri dari satu paragraph.

Sub-judul haruslah singkat dan informatif. Kemudian dalam sub-judul juga diberikan secara jelas argument yang kita buat. Jangan pernah membuat dua sub-judul yang berurutan tanpa ada teks di antaranya.

Untuk kalimat, tulislah kalimat yang singkat dan sederhana. Namun, sebaiknya kalimat yang lengkap, artinya memiliki subjek dan predikat.

Dalam tulisan populer, semua reference atau rujukan disajikan dalam bentuk tautan (hiperlinks). Tautan tersebut diberikan pada istilah atau frasa (anak kalimat) yang sesuai. Maksudnya adalah untuk memberikan penjelasan lebih jauh mengenai istilah dan anak kalimat tersebut.

Kelemahan dari pemberian tautan adalah karena pembaca akan mendapatkan keseluruhan tulisan atau dokumen. Karena itu, jika kita menginginkan pembaca menemukan bagian terteentu dari artikel, maka kita perlu memberikan petunjuk, bisa berupa kutipan langsung dari dokumen yang dirujuk.

Tujuan pemberian kutipan tersebut adalah untuk memberikan petunjuk kepada pembaca di mana bagian yang perlu dilihat dari keseluruhan artikel. Dengan adanya kutipan, pembaca tinggal menemukannya saja dengan Control+F atau Command+F atau melalui menu Find di perambah (browser).

Peneliti yang ingin menuliskan versi populer dari hasil penelitiannya juga tidak perlu menambahkan daftar pustaka di akhir tulisan populernya. Itu merusak tampilan tulisan dan juga mengubah perasaan pembaca. Salah-salah malah membuat pergi pembaca yang bukan dari kalangan akademisi, sehingga editor biasanya akan menghapus bagian daftar pustaka tersebut.

Sebelum melanjutkan membaca, mungkin Anda tertarik tulisan berikut: Cara Menulis Proposal Penelitian Lengkap untuk Lanjut Studi

Menutup Tulisan Populer

Kita perlu berupaya untuk menutup tulisan dengan cara yang menarik dan tegas. Bisa berupa rangkuman atau ringkasan yang menunjukkan argument dan temuan penelitian dengan cara yang rapi dan benar-benar baru.

Di bagian penutup ini, sebuah ide yang baik pula untuk menyampaikan langkah lanjutan berdasarkan temuan atau prediksi ke depan dari hasil penelitian yang dilakukan. Kita perlu mencoba membuat akhir yang benar-benar ditulis dengan bagus, sehingga memberikan kesan yang mendalam dan lama di benak pembaca.

Di bawah atau bagian akhir dari tulisan populer kita, ada baiknya disampaikan judul dari penelitian kita dan link ke dokumen tersebut. Sebaiknya, tautan yang diberikan adalah ke sebuah dokumen yang bisa diakses (open access), dan berisi versi lengkap dari penelitian yang dilakukan.

Akhirnya, sertakan pula empat atau lima baris data diri (bio sketch) tentang diri penulis atau peneliti. Idealnya, bagian ini juga dilengkapi dengan posisi di organisasi, link ke akun Twitter, Facebook, akun email, serta tulisan dan karya lainnya. Kadang-kadang diperlukan juga sebuah foto kecil diri kita untuk memberikan gambaran kepada pembaca.

Menulis artikel populer di media bisa menjadi sarana dan peluang untuk membuat jejaring digital. Dengan begitu, seorang peneliti dan karya-karyanya akan lebih mudah ditemukan oleh pembaca. Akhirnya, teruslah berkarya para peneliti dan jangan lupa untuk membagikannya pada dunia dengan cara yang lebih mudah dipahami oleh pembaca.

Originally published at https://pinuji.net on January 7, 2022.

--

--

No responses yet