Pengalaman Menjadi Pendamping Penyandang Disabilitas dalam Sebuah Konferensi

Sridewanto Pinuji
4 min readNov 17, 2024

--

Hendry Hernowo dan Sridewanto Pinuji dalam APMCDRR 2024 di Manila (Pic by Aliya Hamida)

Saya awalnya bukan anggota delegasi yang akan berpartisipasi dalam gelaran Asia Pacific Ministerial Conference for Disaster Risk Reduction (APMCDRR) tahun 2024 di Manila pada Oktober kemarin.

Namun, karena permintaan dari Hendry Hernowo, sebagai anggota Organisasi Penyandang Disabilitas (OPDis) akan hadirnya seorang pendamping yang bisa Bahasa Inggris dan mengetahui isu pengurangan risiko bencana, saya kemudian ditugaskan untuk hadir dalam konferensi tingkat regional tersebut. Tugas saya cukup sederhana, yaitu mendampingi Mas Hendry sepanjang acara dan membantu berbagai persiapan, termasuk ketika beliau harus menjadi salah satu pembicara.

Tugas ini sudah barang tentu menjadi hal baru bagi saya yang biasanya hanya berkutat dengan laporan dan data dari tim project. Begitu menerima tugas ini, saya pun segera melakukan analisis tugas. Saya mencoba mencari tahu siapa yang akan didampingi, tujuan pendampingan, target-target yang diharapkan, serta berbagai hal terkait lainnya.

Sebagai tugas pertama menjadi pendamping penyandang disabilitas, tentu banyak hal yang perlu saya persiapkan sebelum keberangkatan.

Nah, bagaimana persiapan ini dilakukan, pelaksanaan tugas, hingga apa manfaat bagi saya, silakan disimak uraian berikut ini.

Oya, kenapa kamu perlu tahu hal-hal tersebut? Sebab, siapa tahu suatu ketika kamu juga mendapatkan tugas serupa, maka semoga dengan membaca tulisan ini kamu akan mendapatkan gambarannya.

Masa Persiapan

Saya beruntung karena bekerja untuk ASB South and South-East Asia yang sudah membekali para staf dengan pengetahuan cara berinteraksi dengan penyandang disabilitas. Kami dibekali dengan sebuah buku berjudul ‘Etiket Disabilitas: Panduan Berinteraksi dengan Ragam Disabilitas’. Selain itu, di berbagai lokakarya dan pelatihan, materi Etiket Berinteraksi dengan Penyandang Disabilitas juga diberikan, bahkan langsung dari teman-teman disabilitas sendiri yang membawakan materinya.

Hendry, kawan yang akan saya dampingi memiliki hambatan penglihatan, yaitu low vision atau lapang pandang yang sempit. Hambatan ini menyebabkan Hendry sulit membedakan benda-benda di sekitar apalagi jika pencahayaan kurang dan kontras tidak tinggi, seperti di dalam ruangan atau ketika hari gelap. Hendry juga perlu menggunakan tongkat putih untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Etiket berinteraksi dengan hambatan penglihatan menyebutkan bahwa kita perlu memberikan salam, sapa, dan sentuh. Kemudian kita juga perlu memperhatikan cara menuntun, memberikan informasi, memberikan peringatan, dan lainnya. Semua itu saya ingat-ingat dan coba mempraktikkannya.

Lebih jauh, saya merasa perlu mengenal Hendry dan juga keluarganya. Hal ini menurut saya perlu dilakukan agar selain lebih mengenal juga mendapatkan kepercayaan dari beliau dan keluarga. Ini jika saya refleksikan ke diri sendiri, tentu akan sangat nyaman jika saya sudah mengenal seseorang yang akan menemani atau mendampingi anak saya di tempat yang jauh.

Karena itu, saya pun membuat janji temu dan meminta alamat serta informasi lokasi rumah Hendry. Akhirnya, di Sabtu pagi itu saya berkesempatan berkunjung dan bertemu dengan Hendry sekeluarga. Dalam pertemuan itu, kami berdiskusi banyak hal, termasuk mengenai hambatan, harapan, kebutuhan, dan cara pendampingan yang paling tepat dan sesuai dengan kebutuhan Hendry. Pada kesempatan tersebut, bersama Hendry saya juga langsung mempraktikkan cara menuntun seseorang dengan disabilitas Netra.

Dalam kesempatan tersebut, saya juga mendampingi Hendry mempersiapkan berbagai hal, terutama untuk menjadi pembicara dalam satu sesi APMCDRR.

Pelaksanaan

Setelah berkunjung ke rumah Hendry, tibalah hari keberangkatan dan partisipasi di APMCDRR. Syukurlah menurut saya semua lancar, meskipun tidak bisa dimungkiri ada juga drama di sana sini, hehe. Namun, secara keseluruhan saya pribadi berpendapat bahwa Hendry mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Hendry mampu menjadi pembicara, berdiskusi dengan banyak pihak, dan hadir di bermacam sesi.

Dari pengalaman sepanjang pelaksanaan APMCDRR, satu hal yang saya catat adalah belum adanya penjelasan mengenai apa yang terjadi sepanjang mendampingi dan menuntun teman dengan hambatan penglihatan dalam materi dan buku Etiket Berinteraksi dengan Penyandang Disabilitas.

Sepanjang pendampingan itu, ternyata saya terlibat dalam diskusi-diskusi panjang dengan Hendry mengenai banyak hal, mulai dari konferensi itu sendiri hingga bermacam hal tentang kehidupan.

Satu keterampilan penting yang mungkin perlu dikuasai dalam pendampingan adalah mendengar secara aktif. Ini menjadi tantangan bagi saya, karena kadang saya tidak sabar, kadang ingin segera menjawab, serta kadang ingin segera memberikan saran. Mendengar juga bukan hanya yang dikatakan, tetapi lebih penting lagi adalah berbagai hal yang justru tidak dikatakan.

Sebab itu, selain mendengar, kemampuan bertanya juga penting dikuasai. Kita perlu menanyakan dengan tepat agar mendapatkan jawaban yang tepat pula. Kadang perlu berhati-hati bertanya agar tidak salah paham atau menimbulkan ketidaknyamanan. Seringkali kita juga perlu melakukan konfirmasi berulang agar yang kita maksudkan sesuai dengan yang diterima. Jangan lupa, kita juga perlu menanyakan feedback atau saran dan komentar dari teman yang kita dampingi.

Refleksi

Mendampingi Hendry membuat saya belajar banyak hal darinya mengenai tantangan-tantangan yang dialaminya, caranya mengatasi, hingga berbagai pelajaran hidup lainnya.

Dari Hendry saya belajar untuk lebih peka terhadap lingkungan. Saya baru menyadari desain pegangan escalator yang berubah di awal atau di akhir adalah sebagai tanda bagi penyandang disabilitas. Saya jadi lebih memperhatikan tangga, lantai, ruangan, dan lainnya. Saya juga perlu lebih awas memperhatikan sekitar, karena bukan saya saja yang perlu dipimpin, tetapi juga ada orang lain yang perlu didampingi.

Selain itu, saya juga berlatih untuk lebih berempati dan bersabar. Menyamakan langkah dengan Hendry membuat saya lebih paham apa yang dialami dan menjadi tantangan bagi para penyandang disabilitas dalam menjalani hari-harinya, termasuk ketika melakukan berbagai hal sederhana.

Dengan begitu, mendampingi Hendry justru membuat saya lebih mengenali diri sendiri. Saya menjadi lebih sadar perlunya mendengar yang dikatakan dan tidak dikatakan. Saya pun menjadi sadar, bahwa selama ini masih kurang bersabar. Akhirnya, dari Hendry, saya justru belajar melihat berbagai hal yang selama ini tidak terlihat oleh mata wadag saya.

--

--

No responses yet