Tiga Mitos tentang Pekerjaan, Menurut Jay Shetty

Sridewanto Pinuji
4 min readFeb 24, 2021

--

Photo by Minh Pham on Unsplash

Seorang Guru Internet, Jay Shetty menyampaikan tiga mitos tentang pekerjaan. Tulisan berikut ini akan menjelaskan tiga mitos tersebut.

Aksi tanpa niat menjadi tidak berarti. Niat tanpa tindakan menjadi tak ada dampaknya.

Mitos tidaklah benar terjadi, tetapi menghambat kita untuk melakukan hal yang sebenarnya.

Adapun menghindari mitos dan mewujudkan makna dari pekerjaan kita berarti bekerja sama dengan alam semesta untuk menarik pengalaman dan juga orang-orang ke dalam hidup kita.

Cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengirimkan berbagai sinyal dan melakukan tindakan berdasarkan serangkaian pemahaman yang baru dan juga kepercayaan untuk meraih pengalaman, orang-orang, dan juga kejadian.

Berikut ini tiga mitos dalam mewujudkan pekerjaan yang sering kita alami.

Mitos Pertama:

Kita percaya bahwa perwujudan dari pekerjaan kita berdasarkan niatan semata. Artinya mengabaikan tindakan. Padahal tindakan tanpa niat menjadi tiada artinya, sementara niat semata tanpa tindakan sama juga tidak ada dampak yang dapat dirasakan.

Saat melakukan suatu pekerjaan, kita seringkali memahami apa yang dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, tetapi tidak tahu, kenapa kita perlu melakukan hal itu.

Padahal, ke mana niat, di situlah energi pergi. Niat menyebabkan kejelasan. Sementara tindakan mengundang energi, momentum, dan fokus.

Kita adalah para kreator, bukan para penunggu. Oleh karena itu, perlu mengikuti alur: niat -> kesadaran -> perhatian -> tindakan.

Sekali lagi, niat memperjelas berbagai hal.

Kesadaran memungkinkan kita mengetahui kekuatan dan juga kelemahan diri sendiri.

Atensi atau perhatian menyebabkan terciptanya fokus, konsisten, dan tindakan yang strategis.

Tindakan itu sendiri menimbulkan konsistensi dan juga strategis.

Baca juga: Mengambil Tindakan

Yang dimaksud strategis di sini adalah dengan mengikuti orang lain yang lebih dulu berhasil dan mengikuti jalur yang telah mereka tempuh.

Konsistensi pun memiliki makna, yaitu mengubah sedikit (bukan perubahan seluruhnya), tetapi hanya sedikit ketika suatu hal tidak berhasil kita lakukan.

Satu fakta yang tidak dapat disembunyikan adalah, tidak ada orang yang akan menciptakan pekerjaan impian untuk kita. Karenanya, kita perlu menciptakan pekerjaan itu untuk kita sendiri.

Gandhi mengajarkan, apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan semestinya selalu selaras. Hal itu menjadikan suatu pengalaman yang damai dan menciptakan harmoni.

Keselarasan dengan demikian adalah satu jalan untuk memberikan dampak atau pengaruh dan bersekutu dengan alam semesta.

Mitos Kedua:

Biasanya ini menjadi kesalahan terbesar ketika kita hanya berfokus pada berbagai hal atau benda yang berupa produk semata.

Benda atau produk itu bisa berupa rumah, mobil, uang, kekayaan, dan lainnya.

Mitos itu jelas keliru, karena ketika tidak mampu menggapainya lambat laun akan menyebabkan kita down (lemah).

Oleh sebab itu, perwujudan dari pekerjaan bukanlah mengenai benda-benda semata.

Sebab, kebahagiaan sejatinya bukanlah terjadi karena faktor-faktor eksternal. Yang berarti, sampai kita mendapatkan berbagai hal yang diinginkan, maka kita tidak akan pernah bahagia.

Jika dirunut lebih lanjut, benda-benda bukan saja tidak menciptakan kegembiraan, tetapi juga tidak memiliki banyak makna dan akhirnya kita tidak akan pernah merasa cukup.

Dengan demikian, perwujudan kebahagiaan, makna, dan rasa cukup bukan tentang benda-benda, melainkan mengenai proses yang kita jalani. Sementara benda-benda adalah sekadar produk sampingan semata.

Jay Shetty menyarankan kepada kita agar berfokus pada penyelesaian persoalan, menolong orang lain, dan menawarkan diri kita secara strategis. Hal ini kemudian akan mengundang perhatian secara alami.

Fokuslah untuk mencoba membuat perbedaan dan pastikan orang lain mengetahui apa yang tengah Anda lakukan.

Baca Juga: Fokuslah pada yang Penting, Kata Robin Sharma

Dalam konteks sebagai konten kreator, maka kita perlu berfokus untuk membuat konten dan bukan tentang berbagai hadiah yang nantinya akan didapatkan.

Singkat cerita, apa yang dilakukan bukanlah berfokus pada hasil, tetapi mencintai prosesnya di setiap hari yang kita jalani.

Mitos Ketiga:

Perwujudan atau mewujudkan hasil pekerjaan adalah proses yang penuh dengan keindahan, ajaib, mudah, luar biasa, bahkan spiritual.

Jay Shetty menyampaikan, bahwa kita mendapatkan berbagai hal dalam hidup, tetapi bukan dengan cara yang kita bayangkan.

Dalam banyak kesempatan di hidup kita, kita ingin hal-hal tertentu akan terjadi. Kemudian ketika hal yang diharapkan itu tidak terjadi, kita pun akan patah hati.

Namun, ternyata ada banyak hal lain yang justru terjadi di belakang itu semua tanpa kita menyadarinya. Sebab, kita seringkali mengabaikan sisi lain dari kehidupan itu sendiri.

Bisa jadi kita tidak tahu rute yang harus dijalani, kita tidak menyukainya, dan kemudian kita pun menyerah.

Namun, ketika kita berfokus pada suatu arah tertentu. Kemudian gigih ke sana, maka kita sebenarnya sedang tumbuh dan juga belajar di arah yang tepat.

Hal ini tentu saja berbeda dengan pemikiran kita, bayangan atau imajinasi. Cobalah pikirkan mengenai kesempatan atau peluang baru yang menyebabkan berbagai hal di sekitar kita juga turut berubah.

Misalnya, jika kita ingin kekayaan, maka biasanya kita justru akan melarat terlebih dahulu. Kemudian makin sejahtera justru ketika kita berpikir dan melakukan tindakan untuk melayani orang lain.

Perwujudan itu terjadi ketika kita melihat peluang untuk belajar, untuk tumbuh, dan untuk bangkit.

Nah, itulah mitos-mitos yang seringkali kita alami. Selanjutnya, bagaimana untuk mengubah mitos-mitos tersebut?

Originally published at http://pinuji.net on February 24, 2021.

--

--

No responses yet